1
“Shiiiit!!!” umpat Novia.
“Kenapa Nov?” Putri menatap Novia, melihat jalan didepannya yang nyaris tak terlihat karena dipenuhi mobil, bus, angkot, dan sejenisnya, lalu dia kembali berkutat dengan BlackBerry-nya. Entah apa yang dia lakukan pada gadget pink-nya itu.
“Sejak kapan sih Jakarta macet kaya gini?! Udah kayak antri sembako aja. Tau gini tadi gue nolak minjemin motor gue!”
“Sejak nenek moyang lo kali.” celetuk Putri asal dan kali ini tanpa memandang Novia.
Novia tetap melajukan jazz merahnya tanpa mempedulikan celotehan temannya itu. Dia masih kesal dengan kakaknya yang ngotot minjem motornya karena alasan ujian. Kakak Novia selalu pinjam motor tiap ada ujian di mata kuliah pagi, lebih cepat dan efisien katanya.
“Huaaah bisa telat nih!”
Putri tetap asyik dengan BB-nya, malahan dia memasangkan earphone-nya untuk mendengarkan lagu-lagu kesukaannya tanpa gangguan orang lain. BlackBerry Torch-nya itu baginya segala-galanya saat sekolah karena bokapnya melarang membawa Macbook kesayangannya ke sekolah. Bokapnya takut pelajaran Putri disekolah jadi kacau. Tapi bener juga, baru bawa BB aja udah lupa segalanya apalagi bawa Macbook-nya.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di sekolah. Waktu menunjukkan pukul 06.55 dan artinya mereka belum terlambat. Mereka masuk kelas tepat saat bel masuk berbunyi.
“Tumben baru dateng?” ujar Pattrice salah satu sahabat mereka.
“Iyanih, gara-gara Novia tuh.”
“Ih kok gue sih, salahin kakak gue dong! Dia kan yang maksa tukeran.” jawab Novia tidak terima dengan tuduhan Putri.
“Iya maksud gue kakak lo.”
“Ah ngeles aja lo.” balas Novia lagi.
“Udah, udah. Liat tuh ada yang lagi seneng banget.” ujar Pattrice sambil mengarahkan pandangannya kea rah Nike dan Reza. Novia dan Putri bingung melihat salah satu sahabatnya terlihat ngobrol sangat akrab dengan Reza.
“Mereka baru aja jadian.” kata Pattrice.
“Eh sumpelo?! Kapan?” timpal Putri.
“Kemaren.””Kok bisa sih? Gimana ceritanya?” kali ini Novia yang bertanya.
Belum sempat cerita, Kanjeng Mami udah berdiri di depan kelas. Beliau guru biologi yang merangkap sebagai wali kelas kita, itulah sebabnya kita memanggil beliau dengan sebutan ‘Kanjeng Mami’.
Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai, Kanjeng Mami selalu mengabsen anak didiknya. Beliau selalu bangga dengan kelas ini karena jarang ada siswa yang izin kecuali kalau sakit parah atau urusan yang sangat penting. Setelah mengabsen, beliau berceloteh tentang ‘Polusi’. Beliau tidak mempedulikan siswanya memperhatikan atau tidak. Beliau beranggapan mereka pasti selalu mendengarkan suaranya yang cukup merdu itu. Keempat sohib itu sebut saja Novia, Putri, Pattrice, dan Nike tampak serius memperhatikan. Tapi entah pikiran mereka kemana.
AAAA
Kriiiing…………Bel tanda istirahat berbunyi. Nike buru-buru pergi karena udah ditunggu Reza di depan pintu untuk ke kantin barengan. Ketiga sahabatnya memaklumi hal itu.
“Kantin yuk!” Novia tersentak mendengar suara itu. Dia menoleh ke arah datangnya suara. Dilihatnya sesosok cowok manis berkacamata dengan senyuman behelnya.
“Eh, mmm…” raut wajah Novia tampak bingung.
“Ecieeee…. Mau aja Nov. Nggak baik loh nolak rezeki.” goda Putri.
“Bener tuh Nov.” timpal Pattrice.
Putri dan Pattrice saling tukar pandang sambil cengar-cengir menggoda Novia.
“Udah, kita nggak apa-apa kok. Buruan deeeeeh.” Pattrice mendorong Novia agar dia mengikuti Dicky yang telah berjalan lebih dulu. Kini tinggal kedua sohib itu, mereka tampak ngobrol dan sesekali tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba i-Phone Pattrice bergetar. Pattrice membaca inboxnya.
//Cantik, lagi sibuk yaa? Jangan lupa makan ya. J//
Pattrice membalas SMS tersebut dengan cepat dan meletakkan iPhone itu di mejanya.
“Dari siapa Pett?” tanya Putri yang sedikit penasaran.
“Hah? Bukan dari siapa-siapa kok.”
“Ih gitu ya sekarang, mainnya rahasia-rahasiaan. Pasti dari kakak gue kaaaan?” goda Putri.
“Apaan sih lo?!”
“Nggak kebayang deh lo jadi kakak ipar gue. Hahaha”
“Mulai deh. Ngarang bebas! Ngaco!”
Bip bip bip. Kali ini Torch pink Putri yang bergetar.
//Princess, ntar pulang sekolah nonton yuk. Aku tunggu di gerbang yaaa J//
“Dari Kak Rafael ya?”
“Hehe iya.” jawab Putri malu-malu.
“Cieeeeeeeee…..” ledek Pattrice.
Putri pun hanyut dengan SMS-nya. Pattrice terpaksa menyibukkan diri dengan iPhone nya karena nggak ada teman bicara. Tanpa mereka sadari Novia dan Nike udah duduk di depan mereka, sedangkan Mr. Bernard guru bahasa inggris mereka udah di depan kelas dengan tampangnya yang menurut anak-anak sekelas agak konyol itu.
Siang itu terasa lama sekali bagi keempat sohib yang males-malesan nerima materi, bagi mereka 2 jam pelajaran sama aja seperti 2 dekade. Konsentrasi mereka udah hilang sejak istirahat kedua tadi.
Bel pulang akhirnya berdering, Mr. Bernard mengakhiri pelajaran dan sebelumnya telah memberikan tugas untuk libur 2 hari akhir pecan ini karena sekolah mereka akan digunakan untuk lomba guru se-DKI.